Wedang Uwuh
- Home
- Katalog Rasa
- Wedang Uwuh
Wedang Uwuh
- Kategori : Minuman
- Masakan : Nusantara
- Daerah : Jawa

Wedang Uwuh
- Deskripsi
- Bahan
- Tahap Pembuatan
- Info lainnya
Wedang Uwuh adalah minuman tradisional khas Yogyakarta yang terbuat dari berbagai rempah-rempah alami (jahe, kayu secang, daun pala, daun kayu manis, gagang cengkeh, gula batu, dll).
Wedang uwuh merupakan minuman tradisional khas Yogyakarta. Kata uwuh sendiri memiliki arti "sampah". Dinamakan uwuh karena minuman terbuat dari berbagai macam bahan tumbuhan seperti kayu manis, cengkeh, daun pala, dan lain-lain yang dicampur menjadi satu, dan jika dilihat akan nampak seperti sampah.
Dilansir dari warisanbudaya.kemdikbud.go.id, asal mula wedang uwuh berasal dari kisah Sultan Agung yang merupakan Raja Mataram di Yogyakarta. Suatu hari Sultan Agung bersama beberapa pengawalnya sedang mencari tempat untuk dijadikan sebagai pemakaman keluarga raja. Beberapa tempat telah mereka kelilingi, hingga akhirnya Bukit Merak Imogiri yang terletak di Bantul terpilih menjadi tempat yang paling cocok.
Sebelum akhirnya pilihan benar-benar diputuskan, Sultan Agung memutuskan untuk semedi (menyepi) terlebih dahulu di tempat tersebut untuk memantapkan hati.
Pada malam itu sang raja meminta pada salah seorang pengawalnya untuk membuatkan minuman dengan tujuan untuk menghangatkan tubuh sembari proses semedi tetap dilakukan di atas bukit. Pengawal tersebut kemudian membuatkan wedang secang dan meletakkannya di bawah pepohonan yang berdekatan dengan tempat semedi sang raja.
Seiring dengan berjalannya malam, angin semakin bertiup kencang dan berhasil menerbangkan beberapa daun dan ranting pohon. Kemudian dedaunan dan ranting-ranting itu tak sengaja jatuh pada wedang milik sang raja dan telah bercampur dan larut menjadi satu. Berhubung situasinya sudah gelap gulita, sang raja tak menyadari bahwa ada yang salah dengan minumannya. Ia pun langsung meminum dan menikmatinya tanpa rasa curiga sedikit pun.
Hari berikutnya sang raja kembali memanggil pengawal dan memintanya dibuatkan minuman yang sama persis dengan yang ia minum semalam. Sang raja berkata bahwa minuman yang belum pernah ia rasakan itu sangat enak dan dapat menghangatkan tubuhnya dari udara dingin di Bukit Imogiri.
Merasa penasaran dengan perkataan sang raja, pengawal kemudian mengambil wadah minum sang raja untuk memastikan minuman yang ia buat. Lalu setelah melihat wadah minum sang raja, pengawal langsung terkejut karena ia merasa bahwa yang berada di wadah minum sang raja bukanlah bahan-bahan minuman yang ia buat.
Ia kemudian mengamati bahan-bahan yang ada pada wadah tersebut dan meraciknya pada malam selanjutnya. Hingga akhirnya minuman itu menjadi favorit di lidah sang raja dan masyarakat Yogyakarta. Mereka pun pada akhirnya menamakan minuman itu dengan sebutan "Wedang uwuh".
● Ruas jahe (bakar, geprek)
● daun cengkeh
● batang serai (geprek)
● kayu secang
● kapulaga
● cengkeh kering
● gula batu atau gula aren
● air
● Rebus air hingga mendidih.
● Masukkan semua bahan ke dalam air mendidih, lalu kecilkan api.
● Masak hingga air berubah warna menjadi merah pekat.
● Angkat dan sajikan hangat.
Tab Content
Kedaulatan Rasa
Rasa sendiri merupakan hasil kerja pengecap rasa (taste buds) yang terletak di lidah, pipi, kerongkongan, atap mulut, yang merupakan bagian dari cita rasa. Pada usia lanjut, pengecap rasa manusia akan berkurang jumlahnya, sehingga memerlukan lebih banyak bumbu untuk menimbulkan cita rasa yang sama.
Kondisi geografis di Indonesia menjadi alasan mengapa cita rasa makanan setiap daerah berbeda-beda. Kondisi geografis ini tentunya akan berpengaruh terhadap hasil bumi pada daerah tersebut, sehingga menciptakan keunikan pada setiap makanan di daerahnya juga ciri khas yang berbeda dari daerah lain.
Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki tanah yang subur sehingga memiliki banyak rempah-rempah beragam. Hal inilah yang kemudian membuat banyak makanan khas di setiap daerah memiliki rasa kuat dari rempah-rempah. Adapun beberapa rempah-rempah khas Indonesia adalah: Lada
Kuliner merupakan konsep tentang makanan, dengan demikian kuliner merupakan elemen dari kebudayaan, yang berkaitan dengan akar historis, kolonialisme, mitos, agama, dan nilai dalam suatu masyarakat.
